Rabu, 27 April 2011

tugas Mata Kuliah Permainan Tradisional 1

WIDIYANTI

CUBLAK CUBLAK SUWENG

A. LATAR BELAKANG
Cublak-cublak suweng merupakan permainan yang berasal dari daerah Jawa Tengah. Permainan ini dapat dimainkan kapan saja, namun dahulu dimainkan saat anak – anak telah selesai belajar di siang atau sore hari sambil menghabiskan waktu luang. Permainan ini biasanya hanya dimainkan oleh 3 – 4 orang. Dan anak perempuan yang memainkannya.

B. TUJUAN
Permainan Cublak – cublak suweng ini dimainkan bertujuan untuk melatih daya tangkap dan daya tebak yang disertai dengan lagu agar memperoleh kesenangan dalam bermain dan memupuk sikap kerja sama serta rasa bersosialisasi.

C. MANFAAT
Dengan adanya kesenangan ini dapat mengurangi ketegangan

D. SASARAN
Anak – anak, remaja putra – putri

E. PELAKSANAAN
1. Pada awal permaianan beberapa orang berkumpul dan mengundi/ menentukan salah satu dari mereka untuk menjadi Pak Empo. Biasanya pengundiannya melalui pingsut/encon/undian biasa. Setelah ada yang berperan sebagai pak Empo. Maka mereka semua duduk melingkar. Sedangkan Pak Empo berbaring telungkup di tengah-tengah mereka. Masing-masing orang menaruh telapak tangannya menghadap ke atas di punggung pak Empo.
2. Salah seorang dari mereka mengambil kerikil atau benda (benda ini dianggap sebagai anting). Lalu mereka semua bersama-sama menyanyikan cublak-cublak suweng sambil memutar kerikil dari telapak tangan yang satu ke yang lainnya. begitu terus sampai lagu tersebut dinyanyikan beberapa kali (biasanya 2-3 kali).

3. Setelah sampai di bait terakhir ...Sir-sir pong dele gosong pak Empo Bangun dan pemain lainnya pura-pura memegang kerikil. Tangan kanan dan kiri mereka tertutup rapat seperti menggenggam sesuatu. Hal ini untuk mengecoh pak Empo yang sedang mencari ”suwengnya”. Masing-masing pemain mengacungkan jari telunjuk dan menggesek-gesekkan telunjuk kanan dan kiri (gerakannya) persis seperti orang mengiris cabe. Mereka semua tetap menyanyikan Sir-sir pong dele gosong secara berulang-ulang sampai pak Empo menunjuk salah seorang yang dianggap menyembunyikan anting.
4. Ketika pak Empo salah menunjuk maka permainan dimulai dari awal lagi (pak Empo berbaring). Dan ketika pak Empo berhasil menemukan orang yang menyembunyikan antingnya maka orang tersebut berganti peran menjadi pak Empo. Permainan selesai ketika mereka sepakat menyelesaikannya.
Lagu Cublak – cublak suweng :
Cublak cublak suweng
Suwenge ting gelender
Mambu ketunjung gudel
Pak empo lela lelo
Sapa ngguyu ndelikake
Sir sir pong ndelikake kopong sir sirpong ndelekake..

F. SUMBER
Permainan ini mulanya diceritakan oleh Lilik Lestari. Beliau dahulu pernah tinggal di Muntilan.


ILIK SURYANDANI
LOMPAT TALI

A. ASAL USUL
Permainan ini sudah tidak asing lagi tentunya, karena permainan lompat tali putar ini bisa di temukan hampir di seluruh indonesia meskipun dengan nama yang berbeda-beda. Permainan lompat tali putar ini biasanya identik dengan kaum perempuan. Tetapi juga tidak sedikit anak laki-laki yang ikut bermain.

B. SASARAN
Tetapi biasanya permainan ini dilakukan oleh anak-anak sekolah dasar. Yang umurnya sekitar 7-15 tahun, atau anak-anak sekolah dasar kelas 1 sampai 6. Pemain lompat tali putar ini berjumlah 3-10 orang. Pemain dibagi dalam dua kelompok, yaitu pemegang karet dan pelompat karet.
Anak perempuan yang telah berumur lebih dari 15 tahun biasanya akan segan untuk ikut bermain, karena takut auratnya akan terlihat sewaktu melompati tali karet. Kalau pun ada yang ikut bermain, biasanya hanya sebagai penggembira saja dan hanya melompat saat ketinggian tali masih sebatas lutut atau pinggang. Sedangkan kaum laki-laki hanya kadang kala saja ikut serta dalam permainan. Tetapi prmainan ini tidak boleh dimainkan untuk anak umur dibawah 5 tahun, karena banyak resiko yang ditimbulkan dari permainan ini. Yaitu seperti jatuh dan lain-lain. Dan permainan ini tidak membutuhkan keahlian khusus.

C. ALAT
Gelang karet sebanyak-banyaknya, kemudian gelang karet tersebut dirangkai hingga menjadi tali yang memanjang. Cara merangkainya adalah dengan menyambungkan dua buah karet pada dua buah karet lainnya hingga memanjang dengan ukuran sekitar 3-4 meter. Karet-karet tersebut berbentuk bulat seperti gelang yang banyak terdapat di pasar-pasar tradisional. Karet tersebut tidak dijual perbuah, melainkan dalam bentuk satuan berat (gram, ons, dan kilo).
Fungsi karet pada umumnya adalah sebagai pengikat plastik-plastik pembungkus makanan, pengikat rambut dan barang-barang lainnya yang tidak membutuhkan pengikat yang kuat, karena karet akan mudah putus jika dipakai untuk mengikat terlalu kuat pada suatu benda.
Oleh karena itu, sewaktu membuat rangkaian tali untuk membentuk tali karet, diperlukan dua buah karet yang disambungkan dengan dua buah karet lain agar tidak mudah putus oleh anggota tubuh pemain yang sedang melompat.

D. PELAKSANAAN
Sebelum permainan diadakan, terlebih dahulu akan dipilih dua orang pemain yang akan menjadi pemegang tali dengan jalan gambreng dan suit. Gambreng dilakukan dengan menumpuk telapak tangan masing-masing peserta yang berdiri dan membentuk sebuah lingkaran. Kemudian, secara serentak tangan-tangan tersebut akan diangkat dan diturunkan. Pada saat diturunkan, posisi tangan akan berbeda-beda (ada yang membuka telapak tangannya dan ada pula yang menutupnya).
Apabila yang terbanyak adalah posisi telapak terbuka, maka yang memperlihatkan punggung tangannya dinyatakan menang dan gambreng akan diulangi lagi hingga nantinya yang tersisa hanya tinggal dua orang peserta yang akan menjadi pemegang tali. Kedua orang tersebut nantinya akan melakukan suit, untuk menentukan siapa yang terlebih dahulu akan menggantikan pemain yang gagal ketika melompat. Suit adalah adu ketangkasan menggunakan jari-jemari tangan, khususnya ibu jari, jari telunjuk dan jari kelingking. Ibu jari dilambangkan sebagai gajah, jari telunjuk sebagai manusia dan jari kelingking sebagai semut. Apabila ibu jari beradu dengan jari telunjuk, maka ibu jari akan menang, karena gajah akan menang jika bertarung dengan seorang manusia. Namun apabila ibu jari beradu dengan jari kelingking, maka ibu jari akan kalah, sebab semut dapat dengan mudah memasuki telinga gajah, sehingga gajah akan kalah. Sedangkan apabila jari kelingking beradu dengan jari telunjuk, maka jari kelingking akan kalah, sebab semut akan kalah dengan manusia yang mempunyai banyak akal.

Kemudian yang jaga tersebut memutar-mutar tali karet dan pemain berusaha melompati tali karet tetapi anggota badan pemain tidak boleh terkena tali. Siapa yang terkena tali sewaktu melompat maka anak tersebut menggantikan jaga. Dan begitu seterusnya sampai pemain merasakan jadi tukang jaga.

D. SUMBER
Sumber permainan tersebut tidak pasti asal-usulnya dari mana, Tetapi yang saya tau permainan tersebut sudah ada sejak ibu saya masih ada disekolah dasar.


PURWOKO
"KREPYAK"

A. LATAR BELAKANG
Awalnya permainan ini adalah permainan tradisional yang dulunya di mainkan oleh masyarakat zaman dahulu.
Permainan ini di mainkan untuk menghibur diri pada saat istirahat sekolah dan pada saat pulang sekolah atau lingkungan rumah. Karena kebanyakan anak-anak bermain lari-larian dan orang tua takut bila anaknya mengalami resiko bahaya jadi orang tua mengenalkan pada anaknya permainan ini.
Setahu saya permainan ini berasal dari daerah saya sendiri yaitu daerah bantul, dan mungkin di daerah lain juga punya permainan seperti ini, hanya mungkin beda nama permainan saja. Cara permainannya juga mungkin bisa di katakan sama persis.

B. PESERTA
Permainan ini dapat di kategorikan sebagai permainan anak-anak yang pada umumnya di lakukan oleh anak perempuan usia 6-15 tahun. Jumlah pemainnya pun terdiri dari 2 sampai 6 orang atau lebih.

C. ALAT
Koin uang atau kerikil yang berukuran sebesar kelereng yang nantinya digunakan sebagai bahan permainannya yang berjumlahkan 5 atu 6 buah. Kapur / alat tulis untuk digunakan sebagai alat pencatat point atau nilai.

D. PERATURAN
1. Saat melempar / krepyak, permain tidak boleh keras-keras. Yang arti jawanya ( alon-alon ).
2. Jenis koin, bisa menggunakan uang nilai Rp.500, Rp. 200, atau Rp.100 perak. Yang jelas disini berwujud koin/kerikil yang berjumlahkan 5/6 buah.
3. Melakukan cuthit, yaitu jika koin berjumlah 6 buah harus di ambil 2 buah terlebih dahulu tetapi cara pengambilan tidak boleh sembarang. Harus di tentukan oleh musuhnya. Begitu juga dengan musuhnya harus bisa memilih koin yang di ambil yang sekiranya dapat mempersulit pemain untuk melakukan cuthit. Sedangkan jika koinnya berjumlahkan 5 buah di ambil 1 buah koin saja.
4. Melakukan cengkeh, harus dengan di iringi sebuah lagu atau nyanyian dan jika koin yang didapat berhasil di tangkap dapat dihitung berapa jumlah koin yang ditangkap tadi dan itulah pointnya.
5. Cara mengetahui perpindahan permainan / mati, jika si pelaku atau peserta tidak berhasil mengenai sasaran atau koin pada saat mencuthit / pemain tidak dapat menangkap koin pada saat melakukan cengkehan.
6. Mengetahui “ menang atau kalah”, bisa dihitung point yang didapat oleh para masing-masing peserta. Point yang didapat atau dikumpulkan oleh pemain yang terbanyak ialah yang keluar sebagai pemenangnya.

E. PELAKSANAAN
Ada 4 Tahap yang harus di lalui, yaitu :
1. Homepimpah / pingsut ( PENGUNDIAN )
Sebelum permainan ini di mulai akan dilakukan pengundian terlebih dahulu, dengan cara melakukan homepimpah / pingsut tadi.
2. Krepyak ( NYEBAR KOIN )
Pemain yang bermain sebagai orang pertama menggengam semua koin kemudian di lemparkan dengan diiringi berbicara “kREPYAK”.
3. Cuthit ( MENCUNGKIL KOIN )
Setelah koin disebar, pemain lain ( lawan ) akan menunjuk koin yang akan di ambil dengan cara memilih koin yang paling mudah di lakukan nantinya.
4. CENGKEH
Pemain yang berhasil ketahap ini kemudian melakukan cengkeh dengan tangan yaitu seperti permainan gatheng.
Cara melakukannya pun hampir sama dan di iringi oleh sebuah lagu atau nyanyian, setelah nyanyian berakhir dengan bersamaan menangkap koin. Koin yang berhasil di tangkap kemudian di hitung, jumlahnya di tulis yang nantinya di jumlahkan di akhir permainan. Point yang mendapatkan paling tinggi yaitu pemenangnya.

sumber : masyarakat imogiri bantul yogyakarta

Tidak ada komentar: